Irvanuddin "Mahasiswa UNIVA Medan" |
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Mudah-mudahan
Allah yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita agar bisa
melihat hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang terjadi. Yakinlah tidak ada
satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu kejadian pun yang tanpa makna,
sangat rugi kalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak mendapat pelajaran
dari apa yang sedang kita jalani. Hidup ini adalah samudera hikmah tiada
terputus. Seharusnya apapun yang kita hadapi, efektif bisa menambah ilmu,
wawasan, khususnya lagi bisa menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri
kita sehingga kalau kita mati besok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar
kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan
selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita adalah saat
yang paling indah.
Harusnya saat
malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap, benar-benar dalam
keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan kalau saat meninggal nanti
kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang bercucuran di jalan
Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti kita meninggal, kita sedang bersujud atau
sedang berjuang di jalan Allah. Jangan sampai kita mati sia-sia, seperti yang
diberitakan koran-koran tentang seorang yang meninggal sedang nonton di
bioskop. Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop, apalagi
misalnya film yang ditontonnya film (maaf) “Gairah Membara”, film maksiat,
na’udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti. Ingat maut adalah
hal yang sangat penting.
Tiada
kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam semesta,
yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan menghinakan siapa
pun yang Engkau kehendaki, segala puji hanyalah bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat
semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, panutan kita semua Rasulullah
SAW.
Sahabat,
percayalah sehebat apapun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau atribut
duniawi lainnya tak akan pernah berharga jikalau kita tidak memiliki harga
diri. Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya
harga diri.
Hidup di dunia
hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh meniti karier
kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan terhormat dalam
pandangan Allah SWT juga terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan
kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh
kehormatan dan kemuliaan dengan warisan terpenting kehidupan kita adalah nama
baik dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.
Langkah awal
yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad untuk menjadi
seorang muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati. Seperti halnya
Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar kehormatan Al Amin
(seorang yang sangat terpercaya).
Kita harus
berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita menjadi
seorang muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali bagi
siapapun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik kawan
atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun amanah yang
kita pikul.
Sedang Mengikuti Perkuliahan Di UNIVA Medan |
Oleh karena
itu, pertama, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apapun.
Sekecil dan sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil atau
dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak ada
dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena kita
tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak akan
pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan
berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan
tersendiri, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan
aib sendiri).
Kedua, jaga
lisan, jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir berita,
informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan. Sampaikanlah
berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambah-nambah sesuatu atau
bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan
menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang sebenarnya, akan
runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan
sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala pertanyaan. Nah, orang
yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu akan menunjukkan
kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah tanda kebodohan
kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau
memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena
jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, jangan
pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi membeberkan aib orang
lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali kita ngobrol dengan
orang lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang yang suka
membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita harus jadi
kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak usah digali-gali
lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi
semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan
kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena
ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan
kita kepada yang lain lagi.
Kelima, jangan
pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji. Pastikan setiap
janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan dan
berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji walaupun
dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat, semua
pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga diri
sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak
artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar
janji. Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang
menjanjikannya untuk bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau adalah
menepati janji.
Wallohu'alam.......
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar